Pengembara yang masih tertatih berjalan di bawah bayang fatamorgana

Mantari Bungsu ©

About

Blog ini merupakan catatan pribadi dan kutipan serta tulisan dari berbagai sumber yang penulis rasa layak untuk di publish dan semoga dapat menjadi salah satu bahan referensi dan bacaan yang sifatnya untuk konsumsi personal dan atau lembaga.
Berbagai tulisan terkait pendidikan, agama dan budaya menjadi fokus kami dalam menyajikan tulisan dihadapan netizer.
Berbagai kritikan dan saran serta pandangan dan apresiasi kami harapkan dari netizer yang sempat singgah di blog ini.
Terimakasih.

Resume

Employment

Abdi Negara

Education

IKIP Padang

Portfolio

GENDER

TIGA BURUH MIGRAN PEREMPUAN INDONESIA TERKATUNG-KATUNG DALAM PENJARA DI NEGARA PENEMPATAN
Tiga buruh migran perempuan Indonesia saat ini berada dalam penjara di luar negeri. Mereka adalah Yoyoh Bt. Mustopa (32 tahun), asal Bekasi yang berada di penjara Bahrain, Sunariyah (28 tahun), asal Karawang yang berada di penjara Abudhabi, dan Juleha Bt. Durakhman (29 tahun), asal Cirebon yang berada di penjara Sijin Al Malash Al Nisa Riyadh.Yoyoh Bt. Mustopa (32 tahun), Buruh Migran Perempuan asal Bekasi dijebloskan ke penjara Bahrain oleh agennya. Yoyoh diberangkatkan oleh PT. Aljaidi Ikhwan tanggal 12 April 2007.
*************

Buruh Migran Perempuan Asal Karawang Meninggal di Syria
NN, Buruh Migran asal Karawang meninggal dunia di Syria pada tanggal 22 Mei 2007, sekitar pukul 09.00 waktu setempat. Menurut keluarganya, NN bekerja di Syria sejak April 2007 dan diberangkatkan melalui PJTKI illegal di Jakarta Timur. Menurut KBRI Syria, kematian disebabkan jatuh dari lantai 3 rumah majikannya.
*************

PERNYATAAN SIKAP
Solidaritas Perempuan: Menggugat Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal Undang-Undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang disahkan oleh DPR berpeluang untuk menambah malapetaka baru bagi bangsa Indonesia. Masih nampak di depan mata kita bagaimana perampasan tanah rakyat di Alas Tlogo-Pasuruan dan kawasan Meruya Selatan mengakibatkan begitu banyak perempuan yang menderita.
Paradigma pembangunan yang bertumpu pada pertumbuhan ekonomi, stabilitas nasional, dan pemerataan pendapatan membuat pemerintah menghalalkan berbagai cara untuk menjaga keamanan pemilik modal dan proyek-proyek pembangunan. Dengan dalih stabilitas nasional terjadi berbagai penindasan, pelanggaran HAM, eksploitasi sumber daya alam, kekerasan, dan pemiskinan perempuan serta dikerahkannya aparat militer untuk menjamin keamanan bagi para pemilik modal.
*****************

tiga berita di atas dikutip dari website solidaritas perempuan, tanggal 07 Juli 2008.

Dari ketiga tulisan tersebut, kita bisa mengambil salah satu kesimpulan bahwa perempuan sangat rentan dengan tindakan kekerasan dan pelecehan serta ekploitasi.

Perlu kita periksa juga penyebab dari semua hal tersebut dan kita coba membalik2 lembaran sejarah, dari mulai dunia ini terkembang dan berdirinya berbagai budaya dari semua bangsa2 di dunia ini, tetap saja perempuan berada dalam posisi yang dirugikan, dieksploitasi dan diremehkan.

Menurut hemat saya, hal ini bakal tetap terjadi sampai dunia ini ditutup lagi, seandainya konsep dan memposisikan perempuan tidak dilakukan sebagaimana yang telah diamanahkan oleh sang Pencipta Dunia ini yang sekaligus pencipta perempuan itu sendiri.

Umat Islam seyogyanya sangat yakin dan komit bahwa sesungguhnya agama Islam telah final sebagai satu-satunya ajaran kehidupan. Nah kalau Umat Islam telah memposisikan pikiran, komitmen dan pergerakannya dengan konsep Islam, saya yakin posisi perempuan tidak lagi akan menjadi manusia yang dieksploitasi, tidak lagi menjadi bahan komodiri layaknya barang dagangan atau tidak lagi ditindas layaknya budak2.

Kenapa???

Karena menurut Islam, perempuan memang bukan diciptakan untuk mencari nafkah/uang/segepok materi, tetapi perempuan diciptakan untuk menjadi pendidikbagi anak-anak mereka, memberikan kenyamanan bagi suami mereka, menjadi perhiasan dalam rumah tangga mereka. Perempuan berkiprah membangun bangsa bukan berarti terjun ke dunia publik tetapi cukup dengan menggodok dan mempersiapkan anak2 mereka untuk menjadi manusia yang manusia.

Mereka dilindungi demikian kokoh oleh seorang suami, halal darah seorang suami mengalir demi mempertahankan harkat dan martabat Istrinya apabila diinjak2 oleh orang lain.
Tidak akan ada lagi perempuan berkeliaran mencari seonggok materi karena memang dia telah dan menjadi tanggungan Suami dikala dia telah menikah dan menjadi tanggungan orang tua mereka sebelum menikah.

Hinakah perempuan, kalau dia menjadi tanggungan orang tua mereka sebelum mereka menikah dan menjadi tanggungan Suami, dikala mereka telah menikah???
Saya belum menemukan konsep dan pemikiran yang rasional untuk jawaban bahwa perempuan akan terhina dengan dinafkahi orang tua atau Suami.

Ada persoalan lain yang lagi tren, yaitu Materi/Kekayaan/Harta Benda.........
Apakah kita rela mengorbankan harkat dan martabat perempuan, hanya demi mengejar Materi/Kekayaan/Harta Benda.........
Saya pikir, tidak ada satu orang yang waraspun akan menjawab Rela........

Sekarang tinggal bagaimana kita menempatkan konsep yang benar dalam memandang dan memposisikan perempuan, dan juga para perempuan menempatkan dan memposisikan diri mereka.............!!!

Tetapi

di kala seorang perempuan telah berkiprah layaknya laki-laki, maka perlindungan yang sedemikian kokoh tidak akan ada lagi.

**************


Islam dari awal telah sangat memperhatikan harkat dan martabat perempuan. Islam mengangkat derajat sosial perempuan dari lembah yang sangat hina menjadi paling terhormat.
Di telapak kaki seorang ibu terlataknya sorga.
Tatanan kehidupan telah begitu rapi dan manis serta sangat harmonis di tata dalam Islam. Perempuan begitu sangat dijaga sehingga untuk keluar saja perempuan butuh ketentuan-ketentuan tersendiri, sehingga dia menjadi sebentuk intan yang memang amat bernilai tinggi.

Dari tangan para perempuanlah lahirnya seorang pemimpin, seorang ilmuan, seorang cendekiawan.
Sebaliknya juga dari tangan perempuan akan tercipta manusia-manusia bejad dan murka.

Perempuan memang tempatnya di rumah, menjadi pendidik bagi anak-anak mereka yang bakal terjun ke dunia nyata.
Bisa kita bayangkan, kalau anak-anak dididik oleh pengasuh atau oleh panti-panti meski berkedok tempat pendidikan anak-anak, hasil nya tentu akan sangat kurang, baik dari segi kognitif dan psikomotor apalagi afektif anak-anak.
Seandainya seorang ibu telah disibukkan oleh pekerjaan untuk setumpuk ekonomi, pagi-pagi telah bersiap-siap untuk pergi bekerja, pulang sore hari, malam sudah kelelahan ditambah lagi pekerjaan yang harus dikerjakan di rumah, sudah barang tentu sangat sedikit waktu untuk membimbing anak-anak, sementara usia anak-anak jelas masa-masa yang perlu bimbingan yang terus menerus dan butuh kuantitas dan kualitas yang tinggi serta belaian kasih sayang seorang ibu.
Ada memang sekolah, tetapi disana tentu banyak keterbatasan dalam menyiapkan generasi yang mapan dalam kognitif, cakap dalam psikomotor serta arief dan santun dalam afektifnya.
Perempuan memang sangat dibutuhkan dalam membangun Agama dan bangsa, tetapi bukan berarti perempuan juga ikut bersama laki-laki dalam bekerja diberbagai lini kehidupan, tetapi mereka adalah base camp pencetak manusia unggul di dalam rumah tangganya.
Seorang pahlawan akan sangat termotifasi di lapangan tempur kalau di jiwanya telah tertanam suatu nilai pengorbanan, nilsi jihad yang senantiasa disemai dan disiram oleh ibu mereka di rumah. Mustahil seorang akan ikhlas dan istiqamah dalam perjuangan kalau hanya hasil cetakan instan dari sebuah pabrik ilmu atau diklat.
Untuk menopang itu semua, untuk mencetak generasi yang energik, cerdas dan berjiwa juang tinggi dibutuhkan gemblengan yang terus menerus dan penuh santun, tentunya ini bisa tercipta kalau para perempuan benar-benar menjalankan fitrahnya sebagai seorang ibu.
Para perempuan memang sangat dibutuhkan berpendidikan yang tinggi kalau perlu setinggi-tingginya, tetapi tempat dia mengabdikan ilmunya  adalah di rumah tangga mereka sendiri. Disana akan lahir generasi-generasi yang cerdas dan santun, ikhlas dan gigih dalam perjuangan. Tentu akan jauh berbeda hasil didikan seoramgS1, S2 apalagi S3 dibandingkan tamatan SD dalam menyiapkan anak di rumah.
GENDER yang sa’at ini didengung-dengungkan, pada akhirnya akan membawa derajat perempuan pada tataran di bawah, jauh di bawah cita-cita Islam dalam menempatkan perempuan. Mereka sebagian kecil memang ada yang akan menjadi pemimpin2 tetapi sebagian besarnya akan menjadi buruh2 sementara tugas pokok mempersiapkan generasi mendatang akan kececeran. Wallahu alam

1 comment:

Anonymous said...

setujuuuuuuuuuuuu

Popular Post

Comments

Videos

Formulir Kontak

♖Your Name :
✎Your Email *required
✉Your Message *required